Kalau ditanya karet apa yang paling bikin heboh di Indonesia, tentu jawabnya adalah karet pengaman alias kondom. Maaf tulisan saya ini bukan bermaksud nyerempet-nyerempet pornografi sehingga blog ini harus di block, namun lebih ke sebuah renungan dan pembelajaran kita semua demi masa depan republik ini yang lebih baik.
Saya tergelitik membuat tulisan tentang si karet ini, karena di infotaiment sedang dibicarakan tentang seorang penyanyi dangdut (OK kita semua tau Julia Perez) yang dalam album nya memberikan bonus sebuah kondom kepada pembeli albumnya. Sounds natural?, sure if we're living in more open minded country. Tapi karena itu terjadi di tanah air kita tercinta Indonesia, maka cerita ini menjadi luar biasa akibatnya. Luar biasa karena sampai seorang menteri dan ustadz kondang pun turut memberikan komentarnya.
Tentulah komentar yang di dapat Mrs.Perez ini adalah komentar yang pedas. Bahwa yang dilakukannya adalah tidak sesuai dengan moral bangsa. Bahwa yang dilakukannya seolah-olah mengajak masyarakat untuk berbuat yang tidak semestinya.
Tapi benarkah? Apakah sebuah kondom selalu diidentikan dengan hal yang berbau asusila. Seharusnya kita dapat melihat dengan mata kepala yang jernih. Ok, Indonesia terkenal sebagai negeri dengan mayoritas umat Muslim terbesar di dunia, sehingga (diharapkan) semua warganya berlaku santun. Tapi, kalau kita lihat di sekeliling kita maka yang terjadi adalah hal yang agak jauh dari citra yang ingin ditampilkan negeri ini. Saya dapat mengerti maksud si produser dan penyanyi dengan memberikan bonus berupa kondom ini adalah bermaksud sebagai salah satu bentuk pendidikan seks bagi masyarakat.
Sebagai seseorang yang terjun langsung di masyarakat untuk memberikan penerangan tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan seksual, saya melihat bahwa sebagaian besar rakyat Indonesia tidak atau belum pernah mendapatkan pendidikan seks yang optimal. Padahal pendidikan seks yang memadai adalah cukup penting sebagai langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Lho mungin apa hubungan nya?Hubungan nya tentu saja ada. Dengan pendidikan seks sedini mungkin, diharapakan generasi muda akan lebih bertanggung jawab akan hidup dan masa depan nya. Dari data yang didapatkan PKBI (perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) paling banyak kasus yang didapat dari remaja (usia 15 - 24 thn) adalah karena kekurangpahaman mereka tentang seks yang sehat dan bertanggung jawab.
Berapa banyak nya kasus kehamilan yang tidak diharapkan, penyakit menular seksual hingga kasus remaja putus sekolah yang terjadi karena ketidak pahaman remaja akan kesehatan reproduksi. Ketika remaja terpaksa harus berhenti sekolah karena hamil atau terpaksa menjadi orang tua, berarti masa depan mereka menjadi kurang jelas. Impian untuk mengecap pendidikan yang lebih tinggi demi masa depan cerah terpaksa harus dikubur dalam-dalam. Keadaan mereka yang tidak siap secara fisik maupun psikis sebagai orang tua akan menyebabkan sebagian besar anak-anak yang dilahirkan nya pun tidak dapat berkembang menjadi generasi muda penerus yang dapat diharapkan. Sehingga ditakutkan banyak terdapat generasi muda yang Useless karena mereka dilahirkan dari orang tua yang secara kondisi belum siap menjadi orang tua.
Dari sisi kesehatan, ketidakpedulian mereka akan bahaya PMS menyebabkan kasus PMS di Indonesia cukup tinggi dengan angka morbiditas yang tinggi juga. Berapa banyak uang yang harus dihabiskan untuk pengobatan penyakit ini. Juga dampak dari angka kesakitan yang tinggi membuat produktivitas menjadi betkurang.
Kembali ke kasus kondom tadi, mestinya secara bijak kita dapat memahami bahwa kondom memang cukup penting untuk disosialisasikan kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Tujuan nya bukan agar kita dapat melegalkan atau mengajak orang untuk melakukan seks bebas, tapi semata-mata kondom dapat dilihat sebagai sarana untuk menekan jumlah penduduk dan juga menurunkan insiden PMS. Karena secara alamiah tanpa kondom pun ternyata banyak remaja Indonesia yang melakukan seks bebas. Hal ini mungkin terjadi karena dengan pesat nya arus informasi dari berbagai penjuru tanpa diimbangi pendidikan seks yang memadai. Jadi ternyata hal ini lebih parah dari seks bebas nya remaja "barat" sana. Karena di Indonesia kebanyakan remaja ini tidak mengerti bahaya seks bebas dan bagaimana cara pencegahan nya. Kasus terbaru yang saya dapatkan, seorang remaja pria berusia 17 tahun, drop out SMA datang dengan diagnosis akhir terkena Gonorrhea untuk yang kedua kalinya. Dapat kita bayangkan sejak usia berapa si remaja secara seksual telah aktif. Ketika saya singgung kenapa tidak menggunakan pengaman, nampaknya ia tidak mengerti bahwa kegunaan kondom selain mencegah kehamilan juga dapat mencegah penyakit menular seksual. Parah sekali kan?
Jadi sebaiknya kita mulai menyadari bahwa kondom ini bukan lah suatu benda yang nista. Bukan pula saya menganjrkan seks bebas. Namun saya lebih melihat bahwa kondom yang berada dalam album Julia Perez ini sebagai sebuah sarana pendidikan seks bagi generasi muda.
Saya tergelitik membuat tulisan tentang si karet ini, karena di infotaiment sedang dibicarakan tentang seorang penyanyi dangdut (OK kita semua tau Julia Perez) yang dalam album nya memberikan bonus sebuah kondom kepada pembeli albumnya. Sounds natural?, sure if we're living in more open minded country. Tapi karena itu terjadi di tanah air kita tercinta Indonesia, maka cerita ini menjadi luar biasa akibatnya. Luar biasa karena sampai seorang menteri dan ustadz kondang pun turut memberikan komentarnya.
Tentulah komentar yang di dapat Mrs.Perez ini adalah komentar yang pedas. Bahwa yang dilakukannya adalah tidak sesuai dengan moral bangsa. Bahwa yang dilakukannya seolah-olah mengajak masyarakat untuk berbuat yang tidak semestinya.
Tapi benarkah? Apakah sebuah kondom selalu diidentikan dengan hal yang berbau asusila. Seharusnya kita dapat melihat dengan mata kepala yang jernih. Ok, Indonesia terkenal sebagai negeri dengan mayoritas umat Muslim terbesar di dunia, sehingga (diharapkan) semua warganya berlaku santun. Tapi, kalau kita lihat di sekeliling kita maka yang terjadi adalah hal yang agak jauh dari citra yang ingin ditampilkan negeri ini. Saya dapat mengerti maksud si produser dan penyanyi dengan memberikan bonus berupa kondom ini adalah bermaksud sebagai salah satu bentuk pendidikan seks bagi masyarakat.
Sebagai seseorang yang terjun langsung di masyarakat untuk memberikan penerangan tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan seksual, saya melihat bahwa sebagaian besar rakyat Indonesia tidak atau belum pernah mendapatkan pendidikan seks yang optimal. Padahal pendidikan seks yang memadai adalah cukup penting sebagai langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. Lho mungin apa hubungan nya?Hubungan nya tentu saja ada. Dengan pendidikan seks sedini mungkin, diharapakan generasi muda akan lebih bertanggung jawab akan hidup dan masa depan nya. Dari data yang didapatkan PKBI (perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) paling banyak kasus yang didapat dari remaja (usia 15 - 24 thn) adalah karena kekurangpahaman mereka tentang seks yang sehat dan bertanggung jawab.
Berapa banyak nya kasus kehamilan yang tidak diharapkan, penyakit menular seksual hingga kasus remaja putus sekolah yang terjadi karena ketidak pahaman remaja akan kesehatan reproduksi. Ketika remaja terpaksa harus berhenti sekolah karena hamil atau terpaksa menjadi orang tua, berarti masa depan mereka menjadi kurang jelas. Impian untuk mengecap pendidikan yang lebih tinggi demi masa depan cerah terpaksa harus dikubur dalam-dalam. Keadaan mereka yang tidak siap secara fisik maupun psikis sebagai orang tua akan menyebabkan sebagian besar anak-anak yang dilahirkan nya pun tidak dapat berkembang menjadi generasi muda penerus yang dapat diharapkan. Sehingga ditakutkan banyak terdapat generasi muda yang Useless karena mereka dilahirkan dari orang tua yang secara kondisi belum siap menjadi orang tua.
Dari sisi kesehatan, ketidakpedulian mereka akan bahaya PMS menyebabkan kasus PMS di Indonesia cukup tinggi dengan angka morbiditas yang tinggi juga. Berapa banyak uang yang harus dihabiskan untuk pengobatan penyakit ini. Juga dampak dari angka kesakitan yang tinggi membuat produktivitas menjadi betkurang.
Kembali ke kasus kondom tadi, mestinya secara bijak kita dapat memahami bahwa kondom memang cukup penting untuk disosialisasikan kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Tujuan nya bukan agar kita dapat melegalkan atau mengajak orang untuk melakukan seks bebas, tapi semata-mata kondom dapat dilihat sebagai sarana untuk menekan jumlah penduduk dan juga menurunkan insiden PMS. Karena secara alamiah tanpa kondom pun ternyata banyak remaja Indonesia yang melakukan seks bebas. Hal ini mungkin terjadi karena dengan pesat nya arus informasi dari berbagai penjuru tanpa diimbangi pendidikan seks yang memadai. Jadi ternyata hal ini lebih parah dari seks bebas nya remaja "barat" sana. Karena di Indonesia kebanyakan remaja ini tidak mengerti bahaya seks bebas dan bagaimana cara pencegahan nya. Kasus terbaru yang saya dapatkan, seorang remaja pria berusia 17 tahun, drop out SMA datang dengan diagnosis akhir terkena Gonorrhea untuk yang kedua kalinya. Dapat kita bayangkan sejak usia berapa si remaja secara seksual telah aktif. Ketika saya singgung kenapa tidak menggunakan pengaman, nampaknya ia tidak mengerti bahwa kegunaan kondom selain mencegah kehamilan juga dapat mencegah penyakit menular seksual. Parah sekali kan?
Jadi sebaiknya kita mulai menyadari bahwa kondom ini bukan lah suatu benda yang nista. Bukan pula saya menganjrkan seks bebas. Namun saya lebih melihat bahwa kondom yang berada dalam album Julia Perez ini sebagai sebuah sarana pendidikan seks bagi generasi muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar