Jumat, 26 September 2008

LOLITA


Sebuah novel klasik karya Vladimir Nabokov. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1955. Merupakan salah satu dari lima karya terbaik yang ditulis pada abad 20 menurut majalah TIME. Dan novel ini hampir pasti menjadi salah satu favorit pembaca dimanapun. Kisah yang sangat menarik sekaligus kontroversial, sehingga sempat dilarang terbit di Amerika,bahkan Australia pertama kali mengijinkan penerbitan novel ini baru pada tahun 1999.

Novel ini ditulis berdasarkan sudut pandang tokoh utama nya, Humbert Humbert, seorang professor sastra berusia 42 tahun yang jatuh cinta pada gadis berusia 12 tahun bernama Dolores Haze (di dalam novel ini juga ditulis sebagai Dolly, L, Lo, Lolita). Humbert yang nge-kos di rumah ibu Dolores yang janda, tertarik dan terobsesi oleh Dolores. Untuk selalu dapat berdekatan dengan Lolita, maka Humbert menikahi Charlotte Haze. Setelah Charlotte tewas dalam sebuah kecelakaan maka Humbert membawa Lolita berkeliling Amerika.

Kisah ini cukup kompleks dan mengorek rasa ingin tahu kita. Walaupun ia selalu tertarik kepada gadis-gadis belia, namun ia menolak disebut sebagai paedophillia ataupun seorang penjahat kelamin. Dalam narasi yang ia tulis, kita dapat melihat bahwa kelainan yang Humbert miliki berasal dari luka lama yang belum sembuh, saat ia yang baru berusia 12 tahun kehilangan pacar pertamanya yang meninggal akibat typhus, Annabel Leigh.

Kisah ini adalah sebuah kisah tragis yang dibalut secara satir. Lolita adalah seorang gadis belia yang misterius. Kadang-kadang dia muncul sebagai gadis kecil yang manja, namun kadang dia muncul bak sex goddess. Diangkat ke layar lebar pertama kali pada tahun 1962. Dibintangi oleh Shelley Winters, Peter Sellers dan Sue Lyon yang memerankan Lolita. Pada tahun 1996 dibuat re make nya dengan Jeremy Irons, Dominuque Swain serta Melanie Griffith memerankah tokoh-tokoh didalamnya.

Lolita menjadi sebuah icon bagi kisah cinta gadis belia dengan pria yang jauh lebih dewasa. Sehingga kalau ada seorang ABG pacarang dengan pria dewasa sering di refer sebagai Lolita.

Sabtu, 20 September 2008

Mood Enhancer

What is your mood enhancer?

Past : usually I'd taken
REACTIVAN®(Fencamfamine)to enhance my mood before those deadly examinations. It also helped me wake up all night to digest all those 1000 pages books (that I have to read).

Present : I'm on i pod to help me ease the pain.



Melihat Dunia Nyata

Bekerja di PKBI membuat saya benar-benar bisa melihat kehidupan nyata orang-orang yang selama ini biasanya saya saksikan kisah hidupnya di televisi atau baca di koran. Tapi beruntung sekarang saya bisa langsung berinteraksi dengan mereka. Tentu saja mereka bukan selebritis. Mereka biasanya adalah orang-orang yang menurut kebanyakan orang adalah kaum terpinggirkan, kurang beruntung, atau segenap stigmasisasi lain.
Hari minggu yang cukup terik dan berdebu kemarin saya bersama anggota tim yang lain menuju suatu lokasi di kabupaten Bandung untuk melakukan penyuluhan dan mobile VCT (Voluntary Counseling Test) untuk HIV test. Sasaran yang dituju kali ini adalah daerah tempat tinggal para pramu nikmat atau Pekerja Seks Komersial. Begitu saya sampai, sudah banyak berkumpul para wanita penghuni kontrakan-kontrakan di sekitar nya dan juga para pemuda setempat. Sepanjang melakukan penyuluhan, dalam hati kami merasa miris karena daerah ini benar-benar (maaf) kumuh. Di depan kamar2 kontrakan para PSK ini terdapat berjajar kandang kambing dan kandang ayam. Anjing berkeliaran di sekitar kami. Kami menyapa dan berinteraksi dengan mereka seperti layaknya kawan lama, sehingga mereka pun tak segan terbuka kepada kami. "Maaf ya Bu, tempatnya seperti ini", kata seorang ibu berusia di sekitar 40 tahun an. " Kalau mau pake kamar saya, silahkan aja, tapi kamarnya acak-acak an". Akhirnya kami meminjam kamar-kamar mereka untuk melakukan konseling tertutup. Sebuah kamar yang membuat hati trenyuh, hanya berukuran 2x3 m, lembab, gelap, dan furnitureless.
Ada seorang ibu berusia 45 tahun, yang masih berprofesi sebagai PSK. Dia berasal dari Jawa Tengah, sebelum menjalani profesi nya sekarang ini dia bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di Cimahi, Jawa Barat. Setelah pabriknya gulung tikar sedangkan dia harus menanggung biaya hidup anak-anaknya terpaksa dia banting profesi jadi PSK. Walaupun cuma dapet sekitar 20 - 50 ribu tiap malam, dia merasa masih beruntung masih punya penghasilan untuk dikirim kepada keluarganya di kampung. " Yah, mau kerja apa lagi neng, Bunda mah udah tua" katanya sambil menghembuskan asap rokoknya.
Ada juga ibu berusia 54 tahun, sudah 25 tahun jadi PSK, udah punya cucu pula. Pada awalnya dia menolak dan takut untuk menjalani tes HIV, namun berkat kesabaran para konselor kami akhirnya dia bersedia menjalani tes HIV.
Usia termuda adalah 17 tahun, sedang hamil pula. Suaminya entah kemana, dia menangis ketika akan di ambil darah. Saya pegangi tangan nya, uhh dia masih sangat anak-anak. Saya lupa apa yang saya lakukan ketika saya berusia 17 tahun, pasti cuma belajar dan main. Sedangkan dia di usia semuda itu sudah harus menanggung beban hidup yang amat berat. Dalam hati saya menangis, bahkan ketika menulis blog ini juga air mata saya menetes lagi. Betapa beruntungnya saya... Dibalik semua kisah pilu yang saya alami (menurut pendapat saya), ternyata belum seujung kuku kisah sedih yang mereka alami.