Jumat, 27 Maret 2009

Terima kasih

Sesudah bernorak-norakan mengucapkan terimakasih (yang di edit oleh para moderator menjadi Testimoni) di mailing list klasik nan legendaris ( milis beasiswa), maka saat nya kini saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang secara tidak langsung telah menuntun kepada jalan saya sekarang.

Well, tulisan ini diilhami oleh agak "panas" nya diri ini melihat profil seorang facebook -er. Yup, right, melihat tampang nya mengingatkan saya kepada masa-masa kegelapan beberapa tahun yang lalu. After all these years, how could I forget that name ? :p. Tapi saya mesti mengakui bahwa dibalik segala klaim saya bahwa dia adalah penyebab my never ending agony - halah-, tapi mungkin gara-gara dia juga yang menyebabkan saat ini (segera) hehe saya akan terdaftar menjadi mahasiswa salah satu universitas paling bergengsi di Eropa as a DAAD scholar. Syahdan, beberapa tahun lalu begitu saya dinyatakan lulus dari program S2 saya di sini, saya segera menelepon pria ini ,(uhh I was so weak , you can tell me that) dan berbagi kebahagiaan bahwa saya bisa lulus dari ujian thesis dengan nilai A. Waktu itu saya bercerita pada nya bahwa saya tidak akan pernah lagi menjejakkan kaki di bangku kuliah setelah peristiwa Tesis Roro Jongrang itu , maksud nya mengedit tesis hanya dalam satu malam. Tapi si pria ini sok menyemangati saya dengan mengatakan " honey, suatu saat kamu mungkin bisa dapet beasiswa Bank Dunia". Waktu itu cita-cita saya cuma jadi ibu rumah tangga, dan ikut kemanapun dia pergi, cuiiih nuajeees banget deh nginget nya.

Bulan berganti, dan akhir nya memang pria ini bukan dikirim oleh Tuhan sebagai pria terbaik dlam hidup saya. Dengan diperantarai beberapa peristiwa tragis, hinaan, hingga pelecehan harga diri saya sebagai manusia mendasari peristiwa saya kehilangan diri nya. I was so helpless than.

Tapi akhirnya sebuah pencerahan datang. I'd been negelected my own talents before. Didasari oleh kesadaran tentang siapa diri kita sebenarnya, apakah makna kehidupan ini, dan apa yang dapat kita beri pada kehidupan ini saya mulai menapaki hari-hari sebagai manusia yang tidak hanya menuntut ingin diberi tapi juga dapat memberi kepada sesama.

Therefore, with a letter of award in my hand, I would say thank you to whom have made me a stronger person. Thank you for all those good things, pain, tears you all have given me. Saya sadar tanpa hinaan dari mereka yang merasa dirinya "kaum elit" di republik ini, saya tidak akan menjadi seperti saya sekarang. Jika mereka merasa sebagai ulusan akademi terbaik di negeri ini, saya pun dapat dengan bangga mengatakan bahwa saya adalah salah satu dari 7 kandidat terpilih dari seluruh dunia yang dapat belajar di kampus tertua di Jerman dan salah satu yang terbaik di Eropa. Saat ini saya mengingat masa-masa berderai air mata itu telah terbayar kontan oleh Tuhan. Ibu saya selalu berkata " kamu boleh saja membalas dendam terhadap orang-orang yan telah menyakiti kamu, tetapi Tuhan akan lebih menyukai jika kamu ikhlas karena Tuhan tidak pernah tidur, He knows but he's waiting". and yet He has made His Decision.

Kamis, 19 Maret 2009

One Day


Don't get me wrong
I think I'm in love
But the feeling in the word is more
That your crystal eyes
will ever see in me
Don't get me wrong
Open your eyes
Although I cannot show my heart
I'll watch and hope
While you are near to me

One day I'll capture you
And call you to my side
One day I'll take you from
The boredom of our lives
One day we'll fly away
To the kingdom of my dreams
One day I'll find myself
And wrap it in my love for you

Birds of the sky
May I borrow your wings
Very soon I'll ask my love
To travel with me to the world outside
Cherry trees, may I borrow your bloom
Very soon I'll ask my love
To come inside the nest
I'll build alone

One day I'll capture you
And call you to my side
One day I'll take you from
The boredom of our lives
One day we'll fly away
To the kingdom of my dreams
One day I'll find myself
And wrap it in my love for you

Animal friends
Help me decide
When should I ask my love to leave
I'll beg of you that
she'll say yes to me
Breathe in deep
Now is the time
She looks at me and gently smiles
As if she new
I'd ask her all the time

One day I'll capture you
And call you to my side
One day I'll take you from
The boredom of our lives
One day we'll fly away
To the kingdom of my dreams
One day I'll find myself
And wrap it in my love for you


** Tonight, suddenly I just want to sing along this old song from one of my favorite bands, Genesis. And this lyric hmm reminds me of somebody :)
I've just met my first crush on a messenger, oh my God it's been a long2 time ago. Does my feeling still the same? I don't know exactly. He is just a memory that will always be good to remember.
This song is simply remind me about all those years that have passed. Oh how beautiful my life has been.

Kamis, 12 Maret 2009

Sharing DAAD

karena banyak temen2 yang tanya2 tips DAAD, saya kalo boleh mau sdikit sharing aja buat temen2. Maaf bgt ya kalo yg japri nya belom sempet kebales, soalnya saya kadang masih harus kerja sampe sore/malem (kejer setoran ceritanya :P). nyuwun ijin curhat ya :D, soalnya kemaren ada yang tanya2 detil sampe idola segala sih he he.

Aduh mulai nya gimana ya..
Saya ngeliat nya sekarang adalah bukti dari power of subconscious mind. Itu aja resep nya. Saya pernah baca buku Power of Subconscious Mind by Yohannes Murphy. Wah itu inspiring bgt. Buku nya jadul sih tapi tetep konstektual.
Inti nya hati2 dengan alam pikiran bawah sadar, karena itu pasti terjadi.

Jadi puluhan tahun yang lalu ketika masih balita he he I'd always been fascinated by Germany. Suatu saat saya mesti kembali kesana, waktu itu pikiran anak2 saya berkata seperti itu. Di saat SD, SMP, SMA prestasi standar2 aja, pas SMA hampir2an gak naik kelas karena ranking 3 dari bawah dengan nilai matematik yang selalu merah hampir di tiap semester (that's why guys, I chose medicine karena gak ada pelajaran matematiknya). Pas mulai kuliah umur saya masih 16, jadi anak bawang lah . Tapi alhamdulillah bisa selesai sarjana tepat waktu, terus ko as. . pas udah lulus bingung deh. Mau ambil spesialis gak punya duit 400 juta an. Mau PTT ke daerah terpencil, takut. Akhir nya magang di divisi biotek salah satu perusahaan farmasi sambil sekolah2an lagi. Pas udah lulus pengen nya muluk2, kerja di perusaahaan farmasi multinasional - pokok nya masih matre banget deh. Waktu itu sambil nge les2 bahasa jerman segala karena cita2 kerja di Bayer/Schering AG.ha ha ha. Mantan dosen S1 saya sempet telpon2 katanya suruh saya cari beasiswa aja keluar (beliau nyuruh Norway), tapi saya males karena masih money oriented , jadi pas sekolah nya udah dapet saya males untuk follow up cari beasiswa nya, yah pokoknya pemales bgt deh.
Hingga ada turning point dalam kehidupan saya. Saat kehidupan pribadi saya sedang terpuruk , ceileh..tiba2 saya baca koran tentang angka kematian ibu di Indonesia. Saya betul2 tersadar bahwa ternyata kesehatan reproduksi di Indonesia masiiih sangat memprihatinkan. Lalu tiba2 saya memutuskan saya ingin berkontribusi untuk negara ini dengan sedikit pengetahuan yang saya punya, padahal pas kuliah saya paling males sama pelajaran Public Health. Kebetulan saya baca bahwa ada LSM lokal yang bergerak di bidang kespro dan KB, lalu saya join disana sebagai relawan.Lama -lama saya enjoy kerja disana sebagai staf tetap, waktu itu ada tawaran kerja dari perusahaan farmasi nasional terbesar untuk bergabung dengan berat hati saya tolak karena hati saya udah di Kespro. Ya udah deh saya melalui hari2 saya sebagai "orang lapangan" keluar masuk desa atau gang sempit atau tempat2 (maaf) prostitusi untuk melakukan penyuluhan tentang KB, HIV/AIDS, bener2 dari nol lagi saya bekerja ,dengan gaji juga standar UMR :(. Kadang2 saya sedih juga karena gak ngerasa sesuai dengan tingkat pendidikan, tapi ada salah satu milister yang menguatkan hati, katanya rejeki kan gak selalu berupa uang ( mas Luth sorry gw quote ya ucapan nya). Tapi dari situ emang terbukti banyak kesempatan yg saya dapet. Punya acara tetap di radio, ngajar part time di Perguruan Tinggi, jadi trainer Kespro. Saya bersyukur sekali....
Tapi di sisi lain saya juga ngerasa basic pendidikan saya kurang kuat kalo pengen lebih exist di bidang ini, jadi sy kembali ke cita2 awal, pengen sekolah lagi...Karena ortu udah bosen (dan gak punya duit lagi)buat bayarin sekolah, akhirnya saya mesti cari sekolah gratisan dong. Ya sudah cari beasiswa yang emang cita2 dari dulu. Dimulailah perburuan itu :
1. rajin buka 2 lagi files milis beasiswa yang lama (saya udah join dari th 2003)
2. ambil english proficiency test , saya pilih IELTS
3. karena yg buka awal itu DAAD (sekitar agustus), saya mulai cari info sebanyak2 nya ttg DAAD lewat file milis dan googling
4. menentukan jurusan yang saya ambil, alhamdulillah ada yang cocok
5. sebelum ada pembukaan beasiswa DAAD, saya kontak dulu prof di universitas inceran saya. PDKT judul nya , padahal sy tau gak berguna banyak karena Uni pilihan sy gak kasih beasiswa selain dari DAAD. Tapi sy kontak terus, kebetulan keahlian beliau sesuai dengan kerjaan saya, jadi rada enak ngalor ngidul nya.
6. ambil les lagi di Goethe karena dulu sempet DO beberapa tahun.
7. dengan bantuan salah seorang senior milis, tercipta lah masterpiece essay beasiswa itu ha ha ha. Eit, sebenernya template nya saya contek dari essay nya mas Tio dari blog beliau (udah izin kan sy dulu ya mas he he). Di variasi kan sana sini jadi deh si essay yang memusingkan itu. Minta rekomen dari boss, boss sangat membantu banget. Thx Pak Nanang, we love u all.
8. anterin langsung ke DAAD Jkt, diterima Ibu Endah. Komplit kata nya
9. tetep gak PD karena saya ngerasa ada yang kurang, oh ternyata saya salah kirim ijazah. saya kira ijazah dokter itu ijazah akademik, ternyata ijazah profesional. yah tapi apa dikata aplikasi nya udah dikirim. Pasrah dan yakin bakal di reject. Hah baru inget juga ternyata surat rekomendasi dari boss lupa di cap.
10. Cari2 beasiswa lain deh, proses nya sama seperti diatas, tapi kali ini persiapan nya merasa agak lebih baik . Ada yg direject, ada yg udah masuk short listed, ada yg tunggu pengumuman
11. Bln Nov, ada e mail dari uni di Jerman, aplikasi sy udah diterima mereka. Agak optimis karena berarti aplikasi sy gak langsung dibuang ke tempat sampah.
12. Bln Januari, mulai pasrah karena gak ada kabar berita dari DAAD, ditambah baru tau kalo DAAD ,aplikasi nya diadu dengan aplikan2 lain diseluruh dunia.
13. Akhir Januari dapet telp interview dadakan dari prof yang dulu pernah sy kirimin email (mungkin karena pernah kirim email, sy jd masuk shortlisted).

Isi wawancara nya standar : apa yg kamu kerjakan sekarang di tempat kamu bekerja ? (sy jawab petugas outreach KB untuk kaum miskin dan marginal)
kenapa gak kerja di RS? (jawab : concern tentang kespro)
apa yg mau kamu lakukan kalo udah selesai studi ? ( jawab : kembali ke institusi sy sekarang)
dia mancing : kamu mau kerja di pemerintahan? saya jawab TIDAK. saya memilih berkarir di NGO.
kenapa ? saya ingin mem push pemerintah untuk merubah beberapa kebijakan publik yang berkaitan dengan Kes Pro.
tahu DAAD sejak kapan? (sejak saya les di Goethe 5 tahun yang lalu)
udah bisa bhs jerman (nggak, basiiiiiiic bangets)
apa yang anda ketahui tentang DAAD? ( bla2.....ngarang sya seinget nya, singkatan nya aja lupa).
14. Bulan februari sedih, aplikasi sy ditolak DAAD di uni pilihan ke2. Aufwiedersehen Deutschland ...Ada dilema juga di tempat kerja,bener kata mbak Astri, saya bisa terjerumus lembah disini hah ha ha
15. Maret : bangun tidur dapet e mail dari DAAD tentang letter of awardee . Dan masih gak percaya saya ada diantara 7 aplikan yg dapet beasiswa di Heidelberg.
Mungkin ada yang bilang saya beruntung banget karena ini pengalaman saya pertama ngelamar beasiswa dan diterima. Tapi kayak nya road to beasiswa nya ini yg saya pikir jadi kunci kenapa saya dapet beasiswa taun ini. Kerja saya bukan hanya bikin proposal di kantor dan mungkin karena kerjaan sy yg mau gak mau bergaul dengan (maaf) kaum2 termarginal (pekerja seks, ODHA) itu yg jadi unik di mata komite seleksi.Keluar masuk gang kumuh, bersenda guru dengan orang2 yang kita anggap hina, pokok nya distu sya memerankan jadi pekerja sosial dan teman buat mereka dan bukan sebagai dokter.
Kalau IPK, saya gak nyampe cum laude. IELTS, pas2an.
Banyak yang harus kita korbankan untuk mencapai sesuatu. Materi, waktu, atau kesempatan dugem :P.
Satu lagi, I should call it serendipity..Sy penggemar tennis, dan waktu kecil idola saya adalah duo Jerman, Boris Becker dan Steffi Graf. Kampung mereka itu di Bruehl dan Leimen yang termasuk wilayah Mannheim. Dan sekarang saya akan sekolah di Heidelberg deket Mannheim dan sekolah bahasa di Mannheim. What a coincidence.. Mungkin power of subconscious mind itu benar ada nya.