Mungkin ini adalah salah satu keputusan tersulit yang mesti saya ambil. Memilih antara beasiswa DAAD dan Erasmus Mundus. Bayangkan, yang satu merupakan beasiswa impian saya sedari kecil, yang lain nya beasiswa yang grant nya besar sekali (dasar matre banget ya). Atas pertimbangan dari teman- teman dan para senior, serta tak lupa memohon petunjuk Allah melalui istikharah, akhirnya saya memutuskan Jerman mungkin pilihan yang terbaik. Ada satu lagi yang membuat saya makin mantap memilih Jerman. Ibu saya bilang "lebih baik kamu gak ambil EM, nanti kalau kamu sakit hati sendirian di negara tempat kamu kuliah EM nanti malah runyam ". OK deh, atas nama nurut orang tua saya makin mantap milih DAAD (padahal pertimbangan ibu saya sama sekali bukan karena pilihan taktikal, tapi hanya karena masalah pribadi saja..sudahlah).
Setelah berhasil memutuskan satu masalah, nampaknya masalah lain bermunculan. Sebenarnya bukan masalah sih, hanya fase-fase kehidupan yang mesti dilewati. Mengurus tetek bengek sebelum pindahan akhir Juli nanti lumayan bikin stress juga ternyata. Demi kuliah saya nanti, maka selama 2 bulan terakhir ini saya ikut magang di salah satu Project yang berkecimpung dalam pengurangan infeksi HIV/AIDS di Bandung. Saya memilih untuk bergabung di divisi Health economics. Pfuihhh, ternyata saya merasa sebagai orang paling bodoh di dunia. Ternyata ada yang dinamankan cost analysis, mathematical modelling dan berbagai macam istilah public health lain nya. Temen saya bilang, dengan memulai dari ketidak tahuan kita akan lebih semangat untuk mencari tahu. Dia benar nampaknya. Dalam 2 minggu ini saya sudah baca puluhan jurnal (whew), terpaksa tahu apa itu mathematical modelling, dan tahu juga cara critical appraisal terhadap jurnal ilmiah.
Tapi terus terang sampai hari ini saya masih ketar-ketir juga. Saya merasa saya mungkin orang yang paling tidak berpengalaman nanti pada saat kuliah dimulai di Jerman nanti. Saya cuma anak magang yang tahu sangat sedikit soal Public Health, saya cuma beruntung ternyata aliran nasib telah menulis bahwa saya mendapat kesempatan untuk mencicipi beasiswa DAAD. Pasti banyak orang yang jauh lebih pintar dan berpengalaman dari saya. Mudah-mudahan Tuhan tidak slaah menjatuhkan pilihan nya pada saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar