Sesudah bernorak-norakan mengucapkan terimakasih (yang di edit oleh para moderator menjadi Testimoni) di mailing list klasik nan legendaris ( milis beasiswa), maka saat nya kini saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang secara tidak langsung telah menuntun kepada jalan saya sekarang.
Well, tulisan ini diilhami oleh agak "panas" nya diri ini melihat profil seorang facebook -er. Yup, right, melihat tampang nya mengingatkan saya kepada masa-masa kegelapan beberapa tahun yang lalu. After all these years, how could I forget that name ? :p. Tapi saya mesti mengakui bahwa dibalik segala klaim saya bahwa dia adalah penyebab my never ending agony - halah-, tapi mungkin gara-gara dia juga yang menyebabkan saat ini (segera) hehe saya akan terdaftar menjadi mahasiswa salah satu universitas paling bergengsi di Eropa as a DAAD scholar. Syahdan, beberapa tahun lalu begitu saya dinyatakan lulus dari program S2 saya di sini, saya segera menelepon pria ini ,(uhh I was so weak , you can tell me that) dan berbagi kebahagiaan bahwa saya bisa lulus dari ujian thesis dengan nilai A. Waktu itu saya bercerita pada nya bahwa saya tidak akan pernah lagi menjejakkan kaki di bangku kuliah setelah peristiwa Tesis Roro Jongrang itu , maksud nya mengedit tesis hanya dalam satu malam. Tapi si pria ini sok menyemangati saya dengan mengatakan " honey, suatu saat kamu mungkin bisa dapet beasiswa Bank Dunia". Waktu itu cita-cita saya cuma jadi ibu rumah tangga, dan ikut kemanapun dia pergi, cuiiih nuajeees banget deh nginget nya.
Bulan berganti, dan akhir nya memang pria ini bukan dikirim oleh Tuhan sebagai pria terbaik dlam hidup saya. Dengan diperantarai beberapa peristiwa tragis, hinaan, hingga pelecehan harga diri saya sebagai manusia mendasari peristiwa saya kehilangan diri nya. I was so helpless than.
Tapi akhirnya sebuah pencerahan datang. I'd been negelected my own talents before. Didasari oleh kesadaran tentang siapa diri kita sebenarnya, apakah makna kehidupan ini, dan apa yang dapat kita beri pada kehidupan ini saya mulai menapaki hari-hari sebagai manusia yang tidak hanya menuntut ingin diberi tapi juga dapat memberi kepada sesama.
Therefore, with a letter of award in my hand, I would say thank you to whom have made me a stronger person. Thank you for all those good things, pain, tears you all have given me. Saya sadar tanpa hinaan dari mereka yang merasa dirinya "kaum elit" di republik ini, saya tidak akan menjadi seperti saya sekarang. Jika mereka merasa sebagai ulusan akademi terbaik di negeri ini, saya pun dapat dengan bangga mengatakan bahwa saya adalah salah satu dari 7 kandidat terpilih dari seluruh dunia yang dapat belajar di kampus tertua di Jerman dan salah satu yang terbaik di Eropa. Saat ini saya mengingat masa-masa berderai air mata itu telah terbayar kontan oleh Tuhan. Ibu saya selalu berkata " kamu boleh saja membalas dendam terhadap orang-orang yan telah menyakiti kamu, tetapi Tuhan akan lebih menyukai jika kamu ikhlas karena Tuhan tidak pernah tidur, He knows but he's waiting". and yet He has made His Decision.
Well, tulisan ini diilhami oleh agak "panas" nya diri ini melihat profil seorang facebook -er. Yup, right, melihat tampang nya mengingatkan saya kepada masa-masa kegelapan beberapa tahun yang lalu. After all these years, how could I forget that name ? :p. Tapi saya mesti mengakui bahwa dibalik segala klaim saya bahwa dia adalah penyebab my never ending agony - halah-, tapi mungkin gara-gara dia juga yang menyebabkan saat ini (segera) hehe saya akan terdaftar menjadi mahasiswa salah satu universitas paling bergengsi di Eropa as a DAAD scholar. Syahdan, beberapa tahun lalu begitu saya dinyatakan lulus dari program S2 saya di sini, saya segera menelepon pria ini ,(uhh I was so weak , you can tell me that) dan berbagi kebahagiaan bahwa saya bisa lulus dari ujian thesis dengan nilai A. Waktu itu saya bercerita pada nya bahwa saya tidak akan pernah lagi menjejakkan kaki di bangku kuliah setelah peristiwa Tesis Roro Jongrang itu , maksud nya mengedit tesis hanya dalam satu malam. Tapi si pria ini sok menyemangati saya dengan mengatakan " honey, suatu saat kamu mungkin bisa dapet beasiswa Bank Dunia". Waktu itu cita-cita saya cuma jadi ibu rumah tangga, dan ikut kemanapun dia pergi, cuiiih nuajeees banget deh nginget nya.
Bulan berganti, dan akhir nya memang pria ini bukan dikirim oleh Tuhan sebagai pria terbaik dlam hidup saya. Dengan diperantarai beberapa peristiwa tragis, hinaan, hingga pelecehan harga diri saya sebagai manusia mendasari peristiwa saya kehilangan diri nya. I was so helpless than.
Tapi akhirnya sebuah pencerahan datang. I'd been negelected my own talents before. Didasari oleh kesadaran tentang siapa diri kita sebenarnya, apakah makna kehidupan ini, dan apa yang dapat kita beri pada kehidupan ini saya mulai menapaki hari-hari sebagai manusia yang tidak hanya menuntut ingin diberi tapi juga dapat memberi kepada sesama.
Therefore, with a letter of award in my hand, I would say thank you to whom have made me a stronger person. Thank you for all those good things, pain, tears you all have given me. Saya sadar tanpa hinaan dari mereka yang merasa dirinya "kaum elit" di republik ini, saya tidak akan menjadi seperti saya sekarang. Jika mereka merasa sebagai ulusan akademi terbaik di negeri ini, saya pun dapat dengan bangga mengatakan bahwa saya adalah salah satu dari 7 kandidat terpilih dari seluruh dunia yang dapat belajar di kampus tertua di Jerman dan salah satu yang terbaik di Eropa. Saat ini saya mengingat masa-masa berderai air mata itu telah terbayar kontan oleh Tuhan. Ibu saya selalu berkata " kamu boleh saja membalas dendam terhadap orang-orang yan telah menyakiti kamu, tetapi Tuhan akan lebih menyukai jika kamu ikhlas karena Tuhan tidak pernah tidur, He knows but he's waiting". and yet He has made His Decision.